Sekilas Tentang Proyek EPC
Proyek EPC (Engineering, Procurement, 
and Construction) merupakan jenis proyek yang lebih kompleks dari proyek
 konstruksi. Karakter jenis proyek ini memiliki perbedaan dengan proyek 
konstruksi biasa. Dalam mencapai kesuksesan proyek EPC perlu diketahui 
proses yang terjadi di dalamnya. Memahami rumitnya proses proyek ini 
akan membantu menyelesaikan masalah kompleksitasnya.
Proyek EPC memiliki tantangan yang 
sangat tinggi, mulai dari saling ketergantungaan antar aktifitas yang 
ada, fase overlaps antar masing-masing aktifitas tersebut, pemecahan 
aktifitas menjadi aktifitas-aktifitas pekerjaan yang lebih detail, 
kompleksitas struktur  organisasi, dan ketidakpastian dalam akurasi 
prediksi yang timbul selama masa pelaksanaan. Kegiatan yang paling 
menantang dalam proyek ini adalah kegiatan dalam pembuatan anggaran dan 
jadwal pelaksanaan proyek karena harus dibuat dan diketahui sebelum 
proyek dimulai.
Engineering 
Engineering  dilakukan dengan pendekatan
 setahap demi setahap, dimulai dari tahap konseptual, basic engineering 
 sampai tahap detail engineering. Fase Engineering memiliki tingkat 
pengaruh yang paling tinggi pada proyek, banyak keputusan-keputusan 
penting yang dibuat selama proses perencanaan yang menentukan besarnya 
jumlah dana dan sumberdaya lainnya yang diperlukan.
Tahap konseptual memperjelas dan 
merumuskan permasalahan dalam suatu studi kelayakan. Pada tahap ini 
dilakukan perumusan garis besar dasar pemikiran atau gagasan teknis 
mengenai sistem yang akan diwujudkan, sehingga untuk mencapai tujuan dan
 sasaran maka harus melakukan identifikasi potensi kebutuhan dan 
mengkaji aspek-aspek mulai dari teknik, ekonomi, hukum, lingkungan, 
serta melakukan identifikasi sumberdaya yang dibutuhkan.
Pada tahap  basic engineering  
diletakkan dasar-dasar pokok desain-engineering, dilakukan pengumpulan 
data-data teknis yang diperlukan dalam proses desain, dalam arti segala 
sifat atau fungsi pokok dari produk atau instalasi hasil proyek sudah 
harus dijabarkan, termasuk menentukan proses yang akan mengatur masukan 
material dan energi yang dikonversikan menjadi produk yang diinginkan. 
Menurut Harold Kerzner (2006), tahap detail engineering merupakan 
kegiatan yang dilakukan di kantor pusat proyek. Pada tahapan detail 
engineering dilakukan berbagai macam penjelasan pekerjaan, berikut ini 
adalah pekerjaan dari tahap detail engineering:
- Meletakan dasar-dasar kriteria design engineering.
 - Mengumpulkan data teknis yang diperlukan untuk design engineering.
 - Membuat spesifikasi material dan peralatan
 - Merancang gambar-gambar dan perekayasaan berbagai disiplin seperti
 - civil, piping, electrical, instrument, mechanical.
 - Mengevaluasi dan menyetujui usulan gambar.
 - Membuat model bagi instalasi yang hendak dibangun sesuai dengan
 - skala yang telah ditentukan.
 - Menyiapkan pengajuan keperluan material untuk kegiatan pembelian
 - Membuat perkiraan biaya proyek.
 - Membuat jadwal pelaksanaan proyek.
 
Kontraktor harus bertanggung jawab atas 
desain dari pekerjaan serta keakuratan dan kelengkapan persyaratan dari 
pemilik proyek (termasuk kriteria desain dan perhitungan). Tahapan dari 
proses fase  engineering dapat dilihat pada gambar di bawah ini : 
Dari
 gambar di atas dapat dijelaskan bahwa tahapan proses pekerjaan fase  
engineering dimulai dari proses  basic engineering. Pada tahap ini 
dilakukan pengumpulan informasi dan daftar permintaan untuk keperluan 
perencanaan. Setelah proses tersebut selesai, dilanjutkan dengan proses 
detailed engineering. Pada proses ini dilakukan persiapan dan proses 
tender untuk pencapaian pemilihan vendor yang terbaik. Ketika fase 
tahapan  engineering berjalan, fase  procurement juga termasuk 
didalamnya, seperti pada saat pengeluaran  PO (Purchasing Order) dan 
pemilihan vendor. Vendor yang memenangkan  tender harus kembali mengecek
 spesifikasi barang atau material yang dipesan sesuai dengan  detailed  
engineering yang masih berjalan pada fase  engineering. Setelah 
dilakukan pengecekan produk dari vendor dan hasilnya sesuai, dapat 
dilakukan penyelesaian proses konstruksi dengan panduan produk drawing 
dari detailed engineering sebagai panduan.
Procurement 
Kegiatan pengadaan  adalah usaha untuk 
mendapatkan barang berupa material dan peralatan dan atau jasa  
(subkontraktor) dari pihak luar untuk proyek. Kegiatan pengadaan atau 
pembelian dan subkontrakting dapat dilakukan setelah lingkup proyek 
ditentukan dan dijabarkan pada  detail engineering  sehingga akan 
terlihat jenis dan jumlah material serta peralatan yang diperlukan untuk
 pembangunan proyek. Untuk pengadaan jasa meliputi kegiatan-kegiatan  
subcontracting, seperti pemaketan pekerjaan, proses pemilihan sampai 
penunjukan, perencanaan pekerjaan, serta koordinasi dan pengendalian 
pekerjaan subkontraktor. Berikut ini tahapan proses pekerjaan pada fase 
procurement.
Terjadinya
 aktifitas yang overlapping pada siklus proyek merupakan tanda 
terjadinya interaksi antara fase engineering dengan fase procurement 
yang salah satu bentuknya adalah aktifitas  vendor  data. Dari gambar 
dibawah ini dapat dilihat dimana engineering menghasilkan output berupa 
specification, data sheet,  drawing, dan  MTO (Material Take-off)   yang
 digunakan sebagai input data fase  procurement (pengadaan). Fase 
engineering tidak akan bisa tuntas jika vendor data dari PO (Purchasing 
Order) pada tahapan procurement belum tuntas.
Construction 
Kegiatan konstruksi (construction) 
adalah kegiatan mendirikan atau membangun instalasi dengan efisien, 
berdasarkan atas segala sesuatu yang diputuskan pada tahap desain 
(engineering). Pekerjaan yang dilakukan antara lain adalah pekerjaan 
survey lokasi, kegiatan pengambilan keputusan dan perkerjaan persiapan 
lain yang diperlukan seperti gambar, material dan peralatan sehingga 
kegiatan proyek akan berangsur-angsur pindah ke lokasi proyek maka 
pekerjaan konstruksi dapat dilaksanakan.
Lingkup kegiatan konstruksi secara garis
 besar dibagi menjadi kegiatan fisik dan kegiatan non fisik. Kegiatan 
fisik meliputi pembangun fasilitas sementara untuk keperluan perkantoran
 sementara dan pekerjaan sipil lainnya, melakukan pekerjaan persiapan 
lokasi, mempersiapkan lahan, mendirikan fasilitas fabrikasi, memasang 
perpipaan, memasang instalasi listrik dan instrumentasi, memasang 
perlengkapan keselamatan, memasang isolasi dan pengecatan, melakukan  
testing, uji coba, dan start-up, serta pekerjaan non fisik seperti 
merencanakan kegiatan operasional konstruksi, mengendalikan kegiatan 
konstruksi, mengendalikan tenaga kerja, melakukan inspeksi, dan 
pekerjaan administrasi.
Hubungan dan interaksi antara engineering dengan construction pada siklus proyek, dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Gambar diatas menjelaskan  engineering 
menyiapkan spesifikasi (specification) yang digunakan pada proyek, 
desain-desain yang diperlukan dan jumlah material yang digunakan atau  
biasa disebut MTO (Material Take Off). Setelah semua data yang 
dihasilkan oleh engineering telah siap, selanjutnya data tersebut 
digunakan untuk pekerjaan konstruksi dan tim engineering mulai 
mengerjakan pekerjaan As Built Drawing atau gambar sesuai yang terpasang
 dan setelah tahap construction selesai maka tim engineering 
menyelesaikan final gambar terpasang atau biasa disebut Final As Built 
Drawing.  Hubungan antara procurement dengan engineering dapat dilihat 
pada gambar di bawah ini.
Gambar di atas menggambarkan hubungan 
dan interaksi antara procurement  dan  construction  yaitu tim  
procurement proyek di kantor pusat (head office) membuat laporan berupa 
material atau alat yang sudah dikirim ke lapangan yaitu berupa MDR 
(Material Delivery Report) sedangkan tim  construction akan mengirimkan 
laporan tentang daftar pengiriman yang belum selesai atau OSDR (Out 
Standing Delivery Report) dan juga menyiapkan laporan material atau 
peralatan yang diterima berupa MRR (Material Receiving Report).
Dalam pekerjaan konstruksi terdapat 
pengkategorian  periode konstruksi. Hal ini dibuat untuk mempermudah 
dalam  perencanaan, pelaksanaan, serta monitoring dan controlling selama
 pekerjaan konstruksi berlangsung dikarenakan pekerjaan konstruksi 
terdiri dari berbagai disiplin ilmu dan terdapat sistem yang harus 
diikuti. Pengkategorian periode konstruksi dapat dilihat pada gambar di 
bawah ini.
Gambar
 diatas menjelaskan bahwa pada tahap perencanaan diharapkan sudah 
dikerjakan sebelum proyek dimulai  secara resmi, sejak progres dimulai 
sampai mencapai progres 70% seluruh tim proyek diarahkan untuk fokus 
pada penyelesaian pekerjaan berdasarkan pembagian area yang sudah 
ditetapkan (area wise). Selanjutnya setelah progress 70%, tim proyek 
fokus untuk mulai menyelesaikan pekerjaan secara sistem sampai dengan 
test individu (sistem wise) dengan orientasi mencapai selesai pekerjaan 
mechanical (mechanical completion readiness oriented).
Sumber: Manajemen Proyek Indonesia 




















0 komentar: